Home - Photo - Blogger

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Dec 10, 2009

Seminar Ekonomi Farmasi: "REGULASI HARGA OBAT: PRO DAN KONTRA?"

0 comments

Seminar Ekonomi Farmasi
"REGULASI HARGA OBAT: PRO DAN KONTRA?"

Pembicara :
Dr. Fuad Afdal
(Pakar Farmakoekonomi, Ketua IA Farmasi ITB)
Prof. Dr. James J. Spillane, SJ
(Penulis buku "Ekonomi Farmasi")
 


Moderator:
I Ketut Adnyana, Ph.D (dalam konfirmasi)

Hari/Tanggal: Sabtu, 12 Desember 2009
Waktu: 08.30-12.00 WIB

Tempat: Ruang Edukatorium, Sekolah Farmasi ITB Lt.4, Jl. Ganesha No.10, Bandung

Fasilitas:
- Seminar Kit
- Makan siang
- Sertifikat
- Buku Ekonomi Farmasi (seharga Rp 60.000,-)

Investasi:
Mahasiswa Rp 75.000
Akademisi Rp 100.000
Umum Rp 150.000

DAFTAR SEKARANG, KAPASITAS TERBATAS!

Informasi dan pendaftaran:
+62 22 71244471 / +62 85221223116 (Nila)
e-mail: elechant.eom@gmail.com








Pengantar seminar:

Industri farmasi global termasuk ribuan perusahaan: perusahaan obat, perusahaan biotek, produsen obat generik, organisasasi yang membuat penelitian, serta penjual grosir and eceran. Namun, ada dominasi oleh Big Pharma = kira-kira 12 perusahaan multinasional terbesar dengan kantor pusat di Amerika Serikat atau Eropa. Perjualannya per tahun kurang lebih separo dari penjualan dunia [sebesar US$ 550 milyar pada tahun 2005].

Ada debat sosial tentang tujuan dan praktek-praktek perusahaan farmasi. Misalnya, hasil atas investasi dalam industri farmasi lebih tinggi daripada industri lain di Amerika Serikat. Perusahaan farmasi menerima laba yang tinggi tetapi menurut Big Pharma laba tersebut diperlukan untuk fasilitas baru dan penelitian serta perkembangan obat yang baru dan efektif. Proses penelitian dan pengembangan [R & D] obat baru penuh risiko. Semakin lama semakin tinggi tuntutan para regulator supaya proses lebih lama lagi. Diperlukan rata-rata 12 tahun untuk pengembangan obat baru dari fase awal sampai disetuji oleh para regulator. Rata rata biaya pengembangan obat baru supaya dapat dipasarkan pada tahun 2005 sebesar US$ 802 juta. Namun, obat baru tersebut sering kali mengurangi biaya total dari pelayanan kesehatan khususnya kalau operasi di rumah sakit tidak diperlukan. Ironis bahwa negara di mana harga obat dikontrol oleh Pemerintah sering mengalami manfaat dari obat baru ini tanpa membayar ongkos R & Dnya.

Sebetulnya, ada soal citra perusahaan farmasi. Mereka dianggap kurang etis kalau orang menerima laba dari penyakit orang lain walaupun ada inovasi dan tingkat kesehatan menjadi lebih tinggi. Laba tinggi dari perusahaan farmasi lebih mudah dilihat daripada manfaat dari obat baru. Big Pharma sering dipandang sebagai perusahaan yang rakus karena laba tinggi. Maka perusahaan farmasi menghadapi dilema besar. Sebagai bisnis, perusahaan farmasi diharapkan berinovasi, mengambil risiko, bersaing kuat dan menerima martabat. Namun, kalau mereka berusaha memaksimalkan nilai sahamnya, ada banyak protes.

Pasar untuk pelayanan kesehatan tidak berjalan seperti pasar biasa walaupun ada gunanya kalau beberapa teknik dari industri swasta dimanfaatkan. Misalnya, kalau para konsumen dapat memilih antara beberapa produk atau produsen, bukan hanya satu saja. Juga kalau para pasien diberikan lebih banyak informasi tentang produk farmasi. Namun, membeli pelayanan kesehatan tidak seperti orang yang membeli mobil. Seorang konsumen yang sakit sangat terbatas dalam pilihan yang dihadapi dibandingkan orang yang sehat.

Ada beberapa pihak yang memaksa industri farmasi bertanya diri sendiri tentang cara berbisnis, yaitu, para investor, para pembeli pelayanan dan produknya, para regulator, para dokter and para pasien. Maka, ada beberapa pihak yang ingin bahwa pelayanan kesehatan oleh industri farmasi dipindah dari sektor swasta ke sektor umum. Seminar ini akan memeriksa argumen-argumen PRO dan KONTRA akan regulasi dari obat.

0 comments:

Post a Comment